...Dingin dan gelap mengajariku membaca dan mengeja, tentang gemerlap siang dan lukanya yang memar namun samar. Tentang konspirasi dasi-dasi yang menyampuli racunnya dengan kitab & membelokkan jalur benar yang sudah terpetakan. Mereka ada dalam akar, menjelma air di kedalaman batang... hingga pepucuk daun di ketinggian, dan kita dibawahnya tersamarkan ranting-ranting otoritasnya yang menjulang, rindu kebiruan langit dan cahaya...

Kamis, 19 Agustus 2010

LOGIKA AL QUR'AN BAGIAN 2


Al-Gazali menerangkan, fungsi akal kepada dua hal yaitu: (1) mengetahui hakikat segala sesuatu. Dalam hal ini akal mengibaratkan sifat ilmu yang terletak di hati, (2) yang menangkap dan mendapat segala ilmu. Kekuatan akal yang dimiliki oleh manusia inilah yang bisa membuat manusia mampu menmgatasi masalah atau mengelola dirinya dan alam sebagai lingkungannya, sebagaimana dikemukakan oleh Syihab, bahwa daya akal memungkinkan manusia memiliki kemampuan mengembangkan ilmu dan teknologi, serta memahami dan memanfaatkan sunnatullah. Karena memiliki akal inilah manusia merupakan makhluk yang berkembang dan berbudaya.
Aktivitas akal dalam proses berpikir rasional dalam Al Qur’an juga disebut dengan beberapa istilah, yaitu: nazhara, tadabbur, tafakkur, tafaqquh,dan tadzakkur.

Nazhara, secara bahasa berarti melihat, memandang, merenungkan, memikirkan dan mempertimbangkan, yang dimaksud adalah melihat sambil memikirkan berbagai obyek ciptaan Allah yang nampak terlihat, seperti manusia sendiri, binatang, tumbuh-tumbuhan, gunung, bumi dan langit dan sebagainya. Firman Allah Swt.

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah ia diciptakan (Q.S. At-Thariq:5).

أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ , وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ, وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ, وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Apakah mereka tidak memperhatikan unta, bagaimana dia diciptakan, dan langit bagaimana ia ditinggikan?, dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?, dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Q.S. Al-Ghasyiah:17-20).

Tadabbur, menurut bahasa berarti memikirkan, mempertimbangkan, maksudnya adalah memikirkan tentang ayat-ayat Allah yang difirmankannya yaitu isi kandungan Al Qur’an. Firman Allah Swt.

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا ءَايَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran (Q.S.Shaad:29).

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْءَانَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci? (Q.S. Muhammad:24).

Tafakkur, menurut bahasa artinya memikirkan, maksudnya adalah memikirkan berbagai peristiwa dan berbagai keunikan ciptaan Allah, sehingga timbul kesadaran akan kebesaran dan keagungan Allah Swt. Firman Allah Swt.

وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ. ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (Q.S. An-Nahl:68-69).

Tafaqquh, artinya mengerti, memahami, maksudnya memahami perintah dan larangan Allah (Agama) untuk diamalkan dalam kehidupan.
Firman Allah Swt.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan juang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (Q.S. At-Taubah: 122).

Tadzakkur, artinya mengingat, maksudnya mengingat kebesaran Allah dalam kaitan dengan berbagai kesempurnaan ciptaan-Nya sambil memikirkan dan mengambil pelajaran. Firman Allah Swt.

أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak menciptakan (apa-apa)?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S. An-Nahl:17).

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah (Q.S. Adz-Dzariyat:49).

Di samping manusia memiliki akal dan mampu berpikir rasional, tetapi ada juga manusia yang tidak mau menggunakan akalnya secara maksimal, mereka cenderung berpikir tidak rasional, sehingga Allah mengumpamakan orang yang tidak memfungsikan akalnya dengan benar sebagai binatang yang sangat buruk. Firman Allah Swt.

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُون
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun (Q.S. Al-Anfaal: 22).

Pada sisi yang lain ada pula manusia dengan akal dan kepandaian yang dimiliki sehingga merasa besar diri terlalu mengagungkan akal dan kemampuannya menjadikannya sesat dan tidak mau menerima kebenaran dari Allah atau menyimpang dari fitrahnya. Firman Allah.

أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? (Q.S. Al-Baqarah: 75).

Jadi pribadi yang sehat itu adalah pribadi yang mau menggunakan akal untuk berpikir rasional secara maksimal dalam menghadapi masalah yang terjadi. Al Qur’an juga melarang menuruti ide-ide yang tidak rasional seperti kata pasti, tahayul, dan keyakinan pribadi atau golongan yang bersifat muthlak

Dan di blog ini kami mencoba membuktikan bahwa Al Qur'an adalah petunjuk yang benar-benar bersumber dari wahyu Alloh dan bukan sekedar rekayasa Muhammad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar